Temanggung- (Humas) Dalam upaya untuk menjaga dan merawat kerukunan umat beragama (KUB), Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung menyelenggarakan Sosialisasi Gerakan Merah Marun (Menyemai Ramah untuk Masyarakat Rukun), bertempat di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggun, Rabu (27/09/2023).
Kegiatan dihadiri oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggun, H. Fatchur Rochman, Kabag Kesra, Kepala Kesbangpol, Kepala KUA / Penghulu, Penyuluh Agama Islam PNS, PPPK dan PNS, Penyuluh Agama Kristen, Katolik, Buddha.
Dalam sambutannya Kakankemenag Kab. Temanggung, H. Fatchur Rochman menyampaikan terima kasih atas rawuhnya bapak Kabag Kesra dan juga Kepala Kesbangpol. Gerakan ini merupakan inisiasi dari bapak Kakanwil Kemenag Prov. Jateng, dimana beliau mendukung penuh atas program-program dari Gus Men dan bapak Presiden dalam mensejahterakan masyarakat.
Gerakan ini juga merupakan bagaimana kita dalam beragama semuanya dalam koridor dan dalam garis-garis yang telah ditentukan, bisa hidup berdampingan dengan baik dan rukun, tidak ada masalah apapun di negara Republik Indonesia ini.
“Merah marun adalah simbol atau slogan gerakan Kerukunan Umat Beragama di Jawa Tengah, ini bukan bicara tentang satu warna, tetapi justru bicara tentang bagaimana dalam banyak “warna” di tengah masyarakat kita konsisten terus menyemai ramah untuk masyarakat rukun. Ujudnya ketika kita mungkin berbeda pandangan, berbeda kelompok namun dalam dialektika sosial selalu mengedepankan keramahan dalam semangat persaudaraan,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan terkait dengan kegiatan ini, hanya ada di kabupaten-Kabupaten dan Provinsi Jawa Tengah, tidak ada di tempat lain. Masyarakat dalam pembangunan ini dijadikan objek bukan sebagai subjek, agar semuanya memiliki merasakan kebersamaannya.
“Gerakan ini juga merupakan partisipasi dari warga dalam keikutsertaan pengambilan kebijakan, dan pengambilan keputusan tentang isu kerukunan umat beragama yang akan mempengaruhi kehidupan mereka. Kerukunan umat beragama tidak muncul secara tiba-tiba, kerukukan merupakan hasil kedasaran bersama bahwa perpecahan dan egoisme golongan ini akan membawa kehancuran. Pentingnya menciptakan kondisi kerukunan umat beragama (KUB) di Jawa Tengah ini telah ditatar penguatan kelembagaan umat beragama sampai dengan tataran pemerintah yang terkecil,yaitu lembaga kemasyarakatan desa. Harapannya dengan adanya gerakan ini terjadi simbiosis mutualisme, kerjasama yang baik antara lintas agama yang baik, “ urainya.
Sementara Kabag Kesra Kab. Temanggung, Tulus Mardiono dalam sambutannya menyampaikan beriman ketika beragama itu pribadi, tetapi ketika bermasyarakat, bernegara kita punya kewajiban. Maka dikesempatan kali ini alhamdulillah negara kita tercermin di ruangan ini, yaitu negara Pancasila. Tidak membeda-bedakan agama, tetapi dalam rangka mempersatukan perbedaan yang ada dan memajukan bangsa. Dengan adanya gerakan Merah Marun (Menyemai Ramah untuk Masyarakat Rukun) melalui forum ini, kemudian sudah dilaksanakan pembentukan satgas gerakan Merah Marun.
“Harapan dengan adanya hal tesebut adalah tugas-tugas yang ada di dalamnya adalah untuk mempersatukan bangsa dan agama. Gerakan ini untuk kerukunan umat beragama selalu kita jaga. Oleh karena itu bapak ibu semuanya, marilah kita jaga kerukunan umat beragama secara bersama-sama,“ pesannya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Kabid Kesbangpol, Joko Prasetyono menyampaikan dengan adanya gerakan Merah Marun (Menyemai Ramah untuk Masyarakat Rukun) ini telah membuktikan bahwa kita memiliki etika dalam berbangsa dan bernegara dalam kerukunan antar umat beragama. Jika kerukunan umat beragama ini terpecah maka persatuan bisa hancur, terjadinya makar dan lain sebagainya. Gerakan ini merupakan strategi dalam memperkuat kerukunan umat beragama.
Tidak ketinggalan Ketua FKUB, Ahmad Sholeh mengatakan dalam memperkuat kerukunan umat beragama yang pertama kuncinya adalah moderasi beragama, sesuai dengan program-program dari bapak Kakanwil. Kedua kuncinya adalah dengan bersilaturahmi dengan berbagai komunitas yang berbeda. Ketiga adalah tidak boleh risau terhadap keyakinan yang berbeda, semua agama mengajarkan sebuah teologi bahwa Tuhan mampu menciptakan berbagai macam wujud manusia, budaya, bangsa, agama, dan sebagainya. Berketuhanan dengan benar maka sesungguhnya selesai kehidupan yang ada di dunia ini. “Bahwa semua agama mengajarkan tujuan semuanya adalah surga dengan kunci-kunci yang ada, yang menjadikan beda adalah bagaimana cara menjalankan kunci-kunci tersebut,“ pungkasnya. (sr)