Temanggung – Pelaksanaan kebijakan Akreditasi tahun 2018 berbeda dengan tahun sebelumnya. Diantaranya dalam rangka menentukan sekolah/madrasah sebagai sasaran akreditasi, BAN-S/M telah mengembangkan suatu sistem secara online, yang disebut dengan Sistem Penilaian Akreditasi Sekolah/Madrasah (Sispena-S/M) yang sudah terintegrasi dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kemendikbud dan Education Management Information System (EMIS) Kementerian Agama.
Demikian disampaikan Asmui selaku Ketua Koordinator Pelaksana Akreditasi (KPA) Kabupaten Temanggung dalam Rapat Koordinasi persiapan Visitasi Akreditasi 2018 di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten.Temanggung, Kamis (2/08).
Selanjutnya dijelaskan bahwa Sispena-S/M bukan saja alat bantu, akan tetapi merupakan salah satu alat utama yang digunakan untuk menentukan berjalan atau tidaknya proses akreditasi. Bahkan Sispena-S/M menjadi pintu gerbang pertama untuk menentukan sekolah/madrasah dapat mengikuti proses akreditasi atau tidak. Sekolah/madrasah dapat diakreditasi apabila telah mengisi Data Isian Akreditasi (DIA) melalui Sispena-S/M.
Kemudian perbedaan lainnya bahwa pelaksanaan visitasi SD/MI yang dulu hanya lintas kecamatan dalam satu kabupaten, tahun ini lintas Kabupaten dan Provinsi. Konsekuensinya para aseseor akan ditugaskan di luar kabupaten asalnya. Disamping itu bagi madrasah baru tidak lagi menunggu setelah meluluskan peserta didiknya untuk diakreditasi, yang penting sudah mempunyai ijin operasional, ada siswa di semua jenjang dan melaksanakan kurikulum yang berlaku, demikian ungkap Asmui mengakhiri pengarahannya.
Kegiatan yang berlangsung sehari itu dibuka oleh Kepala Dinas Sudarmadi, S.Pd, M.Pd dan diikuti oleh para asesor serta Kepala Sekolah / Madrasah sasaran akreditasi.
Dalam sambutannya Sudarmadi menyampaikan bahwa kunci kesuksesan adalah harus fokus pada apa yang ingin dicapai dan bersedia untuk mengubah sudut pandang.“Kalau anda ingin mengejar cita-cita maka fokuskan pikirannya ke situ serta curahkan energi dan pikiran,” tandasnya.
Seraya menambahkan bahwa dalam mencapai kesuksesan tersebut kita tidak boleh berdiam diri dalam kotak abstrak yang terbingkai dengan zona nyaman, kemalasan, ketakutan, mental buruh, dalih, gengsi dan penjajahan yang mengurung diri kita, tetapi harus terus bekerja dalam meningkatkan kualitas diri dan semua hal-hal yang bisa menghambat harus bisa diatasi serta perbaikan itu harus dilakukan setiap hari.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa pembangunan karakter harus lebih banyak diperagakan atau harus menjadi role model karena yang akan diikuti oleh orang lain adalah apa yang dia lihat dan bukan apa yang dia dengar. Begitupun halnya dengan akreditasi, semua unsur harus ikut terlibat dan bukan hanya sekedar memerintah. Selain itu karakter SDM di era disrupsi itu harus gesit, cepat, cekatan, rajin, tekun, disiplin, sempurna dan tidak ada celah untuk kesalahan.
“Kalau kita tidak berbuat yang terbaik maka kita akan tergilas zaman, kalo kita tidak berprestasi maka kita akan digantikan oleh bangsa yang lebih hebat. Mudah-mudahan kita semuanya makin kuat berniat untuk meningkatkan kualitas kita, jangan mengejar akreditasi hanya karena diwajibkan, tetapi ini harus dijadikan kebutuhan kita untuk meningkatkan kualitas. Dengan cara seperti itu maka kita akan mengerjakannya dengan lebih ikhlas, lebih bersemangat, lebih fokus, jangan bercerai-berai, bekerja sama, dan kreatif, tutupnya.(sr)