Temanggung – Dharma Wanita Persatuan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung turut serta mengikuti acara peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1442 H yang dilaksanakan oleh Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama RI secara online melalui aplikasi virtual zoom meeting, Jumat (19/03) bertempat di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung,
Dalam sambutannya selaku penasehat DWP Kemenag RI Hj. Eni Yaqut Cholil Qoumas mengajak semua partisipan yang mengikuti acara untuk mengkaji lebih dalam tentang peristiwa Isra' Mi'raj, meneladani Nabi Muhammad SAW yang hadir dalam bentuk uswatun hasanah,menjadikan acara peringatan Isra' Mi'raj sebagai momentum yang baik untuk terus belajar ilmu agama, dan memperbaiki hubungan vertikal antara pribadi dengan Allah SWT, horizontal antara pribadi dan lingkungan sosial, dan hubungan pribadi dengan alam semesta.
“Sejarah Nabi Muhamad SAW penuh hikmah, terlebih untuk wanita dimana Nabi Muhammad SAW sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan disegala sektor. Pentingnya wanita dalam perspektif Islam serta Nabi Muhammad SAW melakukan pembebasan tekanan-tekanan yang diterima oleh perempuan,” jelasnya.
Beliau menambahkan bahwa Isra’ Mi'raj Nabi Muhammad SAW merupakan peristiwa penting sebagai perjalanan spiritual Nabi Muhammad sebagai utusan Allah dan bukan perjalanan biasa.
“Isra’ Mi'raj merupakan perjalanan sarat makna tentang lika-liku perjalanan manusia. Menurut saya itu adalah dimensi intelektualitas yang dialami Nabi Muhammad. Ini juga momen penting dimana Nabi Muhammad menerima risalah salat lima waktu yang menjadi kewajiban bagi umat Islam dengan misi menyempurnakan akhlak,” ujar Eny.
“Sebuah hikmah yang dapat kita teladani dari berbagai perspektif. Kalau kita mengkaji dalam kontek perempuan tentu hal yang sangat menarik dimana Nabi Muhammad sangat mencintai, menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum perempuan,” sambungnya.
Sementara itu dalam ceramahnya, Quraish Shihab mengangkat Tema Peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai motivasi moderasi beragama ditengah kemajemukan yang ada di Indonesia. Beliau mengajak untuk mengkaji tentang pentingnya pemahaman agama yang benar agar moderasi beragama dapat dilaksanakan dalam kehidupan beragama di Indonesia, sehingga tidak menjadi ekstrimisme dan benturan dalam menjalankan kehidupan beragama yang majemuk di Indonesia. Moderasi merupakan pertengahan antara dua ekstrim dan berada disatu titik yang tidak memihak ke kiri atau kanan, tetapi ada kalanya harus mengambil dari sisi kiri atau kanan sebagai penyeimbang.(sr)