Semarang – Peranan jurnalistik sangat strategis dalam membangun citra Kementerian Agama khususnya di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah. Dimana kegiatan jurnalis itu sebagian orang menganggap penting dan tidak penting. Bagi orang yang menganggap momok, maka kegiatan menulis ini tidak berjalan baik. Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah dalam acara Workshop Jurnalis Kehumasan bertempat di Hotel Grasia Semarang,Kamis (02/3).
Untuk meningkatkan kontribusi berita di Web Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah ditempuh dengan cara menunjuk PIC berita di masing-masing kankemenag kab/kota yang mempunyai fungsi sebagai kontributor berita. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kontribusi berita web Kanwil yang selama ini hanya maksimal 3 berita tiap harinya. Dengan adanya penunjukkan PIC berita ini setiap hari kontribusi berita yang masuk minimal dapat mencapai 21 berita. Hal ini dilakukan karena berdasarkan pemeringkatan web Kemenag di Indonesia, Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah masih diurutan 28 di bawah Kanwil Kemenag yang berada di luar pulau Jawa contohnya Gorontala.
Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah Farhani menghendaki adanya pola pikir dan budaya kerja yang baru, sesuai dengan Misi Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah. “Segala hal perlu disampaikan di masyarakat terutama prestasi yang telah dicapai,” ungkap Farhani. Berkaitan dengan prestasi yang telah dicapai Kementerian Agama, misalnya tentang kinerja Kementerian Agama yang menduduki peringkat ke-2 kementerian atau lembaga yang mempunyai kinerja instansi terbaik. Publikasi melalui berita ini perlu dilakukan karena masyarakat agar tahu bahwa Kementerian Agama mempunyai prestasi yang begitu bagus, yang nantinya masyarakat tidak akan menganggap sinis pada Kementerian Agama.
Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah membuat kebijakan perlunya dibentuk tim untuk menangani pemberitaan-pemberitaan di media masa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di masyarakat, agar masyarakat mengetahui informasi yang diinginkan. “Membangun opini akan muncul imit, kalau opini yang dibangun masyarakat baik maka imit di masyarakat akan baik juga,” ungkap Farhani. (rd)