Temanggung (Humas) – Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Temanggung menggelar kegiatan Penguatan Kelompok Kerja Majelis Taklim. Kegiatan ini bertujuan memperkuat sinergi antar majelis taklim sekaligus menegaskan peran strategisnya sebagai kontrol sosial dan pusat edukasi keagamaan di tengah masyarakat. Kegiatan dilaksanakan di Rumah Makan Kampoeng Sawah Temanggung dan dibuka secara resmi oleh Kepala Kemenag Kabupaten Temanggung, Fatchur Rochman, Selasa (29/7).
Dalam arahannya, Fatchur Rochman menekankan pentingnya membangun sistem bersama dalam menanggulangi persoalan sosial dan menangkal penyimpangan pemahaman keagamaan, terutama yang berkembang melalui media sosial dan informasi yang tidak tervalidasi.
Dan menguatkan kerukunan di Masyarakat, baik itu di Intern agama kita sendiri dan ataupun antar umat beragama, khususnya di lingkungan Masyarakat Kabupaten Temanggung.
“Salah satu yang kita harapkan dari pembentukan kelompok kerja majelis taklim adalah terciptanya sistem penanggulangan masalah sosial budaya di sekitar kita,” tegasnya.
Lebih lanjut, Fatchur Rochman menegaskan bahwa Islam merupakan agama komunitas yang menekankan kepedulian terhadap lingkungan sosial dan budaya. Jangan sampai kita bersikap individualis.
Acara ini dihadiri berbagai tokoh dan lembaga keagamaan, diantaranya perwakilan dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Rifaiyah, LDII, serta para pengurus majelis taklim tingkat kecamatan se-Kabupaten Temanggung.
Kepala Seksi Bimas Islam, Munsiri dalam laporannya menyampaikan bahwa majelis taklim di Kabupaten Temanggung saat ini harus terorganisasi dengan baik.Penting bagi kita untuk menjalin persaudaraan antar-majelis taklim, memperkuat jaringan dan meningkatkan kapasitas. Sinergi ini sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan fungsi majelis taklim sebagai lembaga pembinaan keagamaan dan sosial masyarakat.
Lebih lanjut disampaikan Majelis taklim berperan sebagai lembaga pendidikan Islam non-formal yang tidak hanya menjadi tempat pengajian, diskusi dan zikir, tetapi juga menjalankan fungsi sosial seperti bakti sosial dan pembinaan masyarakat. Peran strategisnya dalam menjaga nilai-nilai keagamaan dan moral sosial menjadi krusial di tengah dinamika kehidupan modern.
Hadir sebagai narasumber utama, Muhammad Dliya’ul Lamik (Pengurus NU Kabupaten Temanggung) dan Muhamad Muqorobin (Pengurus PDM Kabupaten Temanggung). Keduanya menyoroti pentingnya penguatan fungsi edukatif majelis taklim dalam menghadapi tantangan zaman serta mencegah munculnya kelompok-kelompok yang menyimpang dari ajaran Islam dan pentingnya penguatan majelis taklim yang moderat. Fenomena menjamurnya majelis taklim tanpa landasan keilmuan dan keorganisasian yang kuat menjadi perhatian serius Kemenag. Melalui kegiatan ini, diharapkan lahir sistem yang mampu menjawab berbagai perubahan sosial dan budaya yang kian cepat akibat kemajuan teknologi dan media sosial.(er)